Sistem Agribisnis

sistem agribisnis dikelompokkan menjadi empat subsistem kegiatan, yaitu pengadaan srana produksi (agroindustri hulu), kegiatan produksi promer (budi daya), pengolahan (agroindustri hilir), dan pemasaran. dengan demikian, agribisnis merupakan gabungan dari agroindustri, budi daya pertanian, dan pemasaran.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Bogor.

Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau kesatuan dari mata rantai pengadaan saprodi, produksi, pengolahan hasil dan pemasaran dihasilkan usahatani atau hasil olahannya (shinta, 2011).

shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. cetakan pertama. UB Press. Malang.
 

Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian adalah suatu proses untuk meningkatkan produksi hasil usahatani. Untuk hasil-hasil tersebut, perlu adanya pasar, serta harga yang cukup tinggi untuk membayar kembali biaya-biaya tunai dan day upaya yang telah dikeluarkan petani pada saat memproduksikannya. sehubungan dengan hal itu, ada 3 hal yang sangat diperlukan:
1. Seseorang di suatu tempat yang membeli hasil usahatani, perlu ada permintaan (demand) terhadap hasil usahatani tersebut.
2. Seseorang yang menjadi penyalur dalam penjualan hasil usahatani atau yang biasa disebut "sistem tata niaga"
3. Perlu ada kepercayaan petani terhadap kelancaran sistem tata niaga tersebut.

Hanafile, R. 2010. Pengantar Ilmu Ekonomi Pertanian. Edisi Pertama. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Keberhasilan pembangunan pertanian memmerlukan beberapa pra kondisi yang untu daerah berbeda-beda. Pra kondisi tersebut meliputi bidang-bidang teknis, ekonomis, sosial budaya dan lain-lain. Menurut ada lima syarat yang harus ada dalam pembangunan pertanian (Mubyarto, 1995).

Mubyarto. 1995. Pengatar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Pembangunan pertanian (dalam arti luas) dengan pendekatan agribisnis merupakan usaha rakyat dengan memperhatikan kelengkapan empat fungsi agribisnis (subsistem sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pasca panen dan subsistem pemasaran). Konsep ini mempunyai arti, bahwa pembangunan pertanian harus berorientasi pasar dan tidak lagi sekedar berproduksi. sehingga pembangunan usaha peternakan rakyat dengan pendekatan agribisnis, mempunyai pengertian bahwa sebenarnya tidak ada hambatan lain dalam pembangunan tersebut kecuali jika salah satu sistem agribisnis belum ada dalam perekonomian tersebut (Mersyah, 2005).

Mersyah, R. 2005. Desain Sistem Budi Daya Sapi Potong Berkelanjutan Untuk Mendukung Pelaksanaan Tonomi Daerah Di Kabupaten Bengkulu Selatan. Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
 

Padi

Padi (Oriza sativa L.) merupakan bahan makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia karena sekitar 95% penduduk Indonesia mengkonsumsi beras. Indonesia pernah berhasil mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Tingginya kebutuhan konsumsi beras disebabkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia beranggapan bahwa beras merupakan bahan makanan pokok yang belum dapat digantikan keberadaannya. disisi lain luas tanaman padi menurun 0,5 % dan menurunnya areal atau lahan karena dialihfungsikan menjadi pemukiman penduduk, sarana transportasi dan lain-lain. Di samping itu keterbatasan sarana produksi atau alat-alat pertanian dan kurangnya sumber daya manusia untuk yang berkualitas dapat melaksanakan usahatani secara efektif dan efisien (Sumadiningrat, 2001).

Sumodiningrat, G. 2001. Menuju Swasembada Pangan Revolusi Hijau. RBI. Jakarta.
 

Analisis Usahatani

Analisis usahatani digunakan sebagai parameter kelayakan panggunaan lahan secara ekonomi, untuk tanaman semusim (padi sawah, padi gogo, jagung, kacang hijau, kacang tanah, bawang merah, dan ubi kayu). Indikator yang digunakan adalah rasio penerimaan dengan total biaya (R/C ratio). Suatu usahatani tanaman tertentu dikatakan layak apabila nilai R/C-nya lebih besar dari satu, dimana semakin tinggi nilai R/C ratio maka usahatani tersebut semakin menguntungkan (Gray et al,. 1992).

Analisis usahatani digunakan sebagai paramenter kelayakan penggunaan lahan secara ekonomi, untuk menganalisis kelayakan ekonomi pengelolaan usahatani tanaman perkebunan (jambu mete, kemiri, kelapa, kakao, kopi, cengkeh, jeruk manis, dan vanila) adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan rasio pendapatan dengan biaya (B/C). Dalam perhitungan secara ekonomi usahatani tanaman perkebunan diasumsikan pengusahaan dilakukan sampai tahun ke-20 dan tingkat suku bunga bank diasumsikan sebesar 15%. Suatu investasi untuk usahatani tanaman tahun dikatakan layak jika nilai-nilai indikator tersebut. NPV > 0, Net B/C ratio > 1, dan  IRR > tingkat bunga bank yang berlaku (Gray et al,. 1992).

Gray, C. dkk, 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Kedua. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
 

Usahatani

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang ditempat itu diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh tanah-tanah itu, sinar matahari, bagunan-bangunan yang didirikan atas tanah dan sebagainya. Usahtani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto, 1994). Menurut Tjakrawiralaksana dan Soeriaatmadja (1983), usahatani sebgai oerganisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditunjukan kepada produksi di lapangan pertanian.

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Pustaka LP3ES. Jakarta.

Tjakrawiralaksana, Ir. Abbas dan H. M. Cahyana Soeriaatmadja. 1983. Usahatani. Departeme Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Menurut Soekartawi (1995) bahwa usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasi sumber daya yang ada secara efisien dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif tiba petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani, UI Press, Jakarta.

Usahatani merupakan pertanian rakyat dari perkataan farm dalam bahasa Inggris. Dr. Mosher memberikan definisi Farm sebagai suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu, apakah ia sseorang pemiliki, penyakap atau manajer yang digaji. atau usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas itu, sinar matahari, bagunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya (Shinta, 2011).

Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. cetakan pertama. UB Press. Malang.

Usahatani adalah kesatuan organisasi antara faktor produksi beruupa lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen yang bertujuan untuk memperduksi komoditas pertanian. Usahatani sendiri pada dasarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dan alam dimana terjadi saling mempengaruhi antara manusia dan alam sekitar (Abdoel, 2000).

Abdoel, D. 2000. Manajemen Usahatani.Depdiknas. Jakarta.

Ilmu usahatani adalh ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai moodal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya (Suratiyah, 2006).

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.


 

BREAK EVEN POINT

Beberapa Pengertian Break Even Point menurut para Peneliti dalam Tulisannya, sebagai berikut :
Break event point adalah volume penjualan pada saat total biaya sama dengan total pendapatan, dan laba sama dengan nol (Weston and Brigham, 1990 : 376).
Break even Point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total pengeluaran atau biaya, titik dimana laba sama dengan nol (Hansen dan Mowen, 2006).
Analisis titik impas dipengaruhi oleh pendapatan dan biaya. Biaya-biaya yang digunakan dikelompokkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel (Soekartawi, 1995).
Break Even dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam opersinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi atau dengan kata lain penerimaan sama dengan biaya (TR=TC). Tetapi analisis Break Even tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan yang break even saja. Akan tetapi analisis break even mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perudahaan mengenai berbgai tingkat volume penjualan serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingakat penjualan yang bersangkutan. Dengan menggunakan metode dan teknik analisis break even akan dapat ditentukan hubungan berbagai volume, biaya, harga jual, dan penjualan gabungan (sales mix) terhadap laba. oleh karena itu, analisis break even juga sering disebut "Cost-Volume-Profit Analisis" (Riyanto dan Munawir, 2001).
analisis break even merupakan analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh perusahaan agar tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break even akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingakat penjualan (Munawir, 2004).
Titik impas adalah titik dimana biaya dan pendapatan adalah sama. Tidak ada Laba maupun rugi pada titik impas. Untuk mencapai titik impas, target laba adalah nol (carter dan Usry, 2005)
Break event atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak memberikan kerugian (total penghasilan = total biaya) (Munawir, 2002 : 458).
Titik impas (break even) berlandasan pada pertanyaan sederhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut (Purba,2002 : 267).
Break even point dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan di mana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian (Alwi, 1994 : 265).
Break even point adalah suatu kondisi dimana total penghasilan tepat sama besarnya dengan biaya total sehingga perusahan tidak mendapatkan keuntungan ataupun menderita kerugian (Riyanto, 1997 :279).
Menurut Gunawan Adi saputra (2000), "Analisis break even poin atau analisis cost profit adalah suatu keadaan dimana penghasilan dari penjualan hanya cukup untuk menutupi biaya, baik yang bersifat tetap maupun yang bersifat variabel. Dengan kata lain break even poin menunjukan laba sama dengan nol atau bahwa penghasilan sama dengan biaya taotal."


Alwi, Syafaruddin. (1994). Alat-Alat Analisis Dalam Pembelanjaan, Edisi Revisi. Andi Offset. Yogyakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS). Jakarta.

Carter, K. Wlliam dan Milton F. Usry. 2005. Akutansi Biaya. Edisi 13. Buku 2. Penerbit salemba Empat. Jakarta. 

Hansen dan mowen (2006). Buku I Management Accounting Edisi 7. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Adisaputra, Gunawan dan Marwan Asri. (2000), Anggaran Perusahaan. Penerbit BPFE. Yogyakarta

Purba, Parentahen. (2002). Analisis dan Perencanaan Keuangan, Edisi Pertama. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Riyanto, B. dan Munawir, S. 2001. Analisis Laporan Finansial. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Munawir, S. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.

Riyanto, Bambang. (1997), Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketiga. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Weston, J. Fred, dan Brigham, F, Eugene, (1990). Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid Satu. Penerbit Erlangga. Jakarta.
 

Usaha Peternakan

Usaha peternakan, terutama peternakan sapi potong di Indonesia umumnya masih dikelolah secara tradisional, yang bercirikan dengan usaha hanya sebagai usaha keluarga atau sebagai usaha sampingan. Menurut Santoso, Warsito, Andoko (2012), tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan tingkat pedapatan peternak, dan diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:
  1. peternakan sebagai usaha sambilan, dimana ternak sebagai usah sambilan untuk mencukupi kebutuhan sendiri (subsistence). dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak kurang dari 30%.
  2. peternakan sebagai cabang usaha, dimana petani peternakan mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) dengan ternak sebagai cabang usaha. dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak 30-70 persen (semi komersial atau usaha terpadu).
  3. Peternakan sebagai usaha pokok, dimana peternak mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dan komoditi dan komoditi pertanian lainnya sebagai usaha sambilan (single komodity), dengan tingkat pendapatan usaha ternak 70-100 persen.
  4. peternakan sebagai usaha industri, dimana komoditas ternak diusahakan secara khusus (Specialized Farming) dengan tingkat pendapatan usaha ternak 100 persen (komoditas pilihan).

menurut Williamson (1993), setidaknya ada tiga tipe peternakan sapi didaerah tropis yaitu peternak rakyat atau subsistem, peternak spesialis, dan produsen skala besar. Prawirokusumo (1990), berdasarkan tingkat produksi, macam teknologi yang digunakan, dan banyaknya hasil yang dipasarkan, maka usaha peternakan di Indonesia dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu:
  1. usaha yang bersifat tradisional, yang diwakili oleh petani dengan lahan sempit, yang mempunyai 1-2 ekor ternak, baik ternak ruminansia besar, rumaninsia kecil bahkan ayam kampung.
  2. usaha backyard yang diwakili peternak ayam ras dan sapi perah yang telah memakai teknologi seperti kandang, manajemen, pakan komersial, bibit unggul dan lain-lain.
  3. usaha komersial adalah usah benat-benar menerapkan prinsip-prinsip ekonomi antara lain untuk tujuan keuntungan maksimum. pengembangan suatu usaha peternakan sangat tergantung pada ketersediaan sumberdaya, baik  sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya pendukung lainnya.
Santosa, K., Warsito, dan A. Andoko. 2012. Bisnis Penggemukan Sapi. PT.Agromedia Pustaka. Jakarta.

Williamson, G. and W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis,Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.


Usaha peternakan merupakan kegiatan beresiko yang akan memberikan kerugian baik dari segi material maupun non-material. Akan tetapi, bila berhasil maka akan memberikan keuntungan dan kesejahteraan bagi pemiliknya. Dalam menjalankan usaha apapun termasuk peternakan, tidak terlepas dari manajemen. Manajemen yang menentukan pertumbuhan atau kebangkrutan suatu usaha. Dengan adanya suatu pengelolaan dan manajemen yang baik maka usaha akan mampu bertahan dari segala tekanan, kendala, dan rintangan yang ada. Bahkan dapat berkembang menjadi lebih besar dan lebih baik lagi.

Dalam mengelola usaha peternakan, ada prinsip dan standarisasi yang membantu perkembangan usaha peternakan. Akan tetapi, prinsip dan standarisasi ini bukanlah nilai mutlak dalam kesuksesan peternak. Tidak selalu yang dilakukan peternak akan berbuah dengan baik dan sukses. Terkadang ada beberapa kendala atau halangan yang tidak dapat dihindari, contohnya tertipu rekan kerja, tertimpa becana, dan kendala-kendala lain. Berikut adalah beberapa prinsip dan standarisasi yang diharapkan mampu mendukung kemajuan dan perkembangan peternak.

Ustomo, E. 2016, 99% Gagal Beternak Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Jakarta.


Usaha Peternakan sapi di Indonesia umumnya berskala kecil sebagai usaha sampingan dan masih bersifat tradisional. Usaha penggemukan sapi memberikan keuntungan ganda seperti pertambahan berat badan serta hasil hasil limbah berupa kotoran ternak atau lebih dikenal dengan pupuk kandang, selain itu ternak diusahakan sebgai tabungan dan memberikan kesempatan kerja (Sugeng, 2003).

Sugeng, Y.B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.



Usaha penggemukan sapi memerlukan modal besar maka perlu dilakukan analisis kelayakan  usaha untuk memperhitungkan investasi. Investasi atau modal merupakan faktor yang penting dalam usaha peternakan (Mubyarto, 1994). 

Mubyarto., 1994, Pengantar Ekonomi Pertanian, Pustaka LP3ES, Jakarta.
 

Sektor Peternakan

Sektor perternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik. dimana pasar domestik akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. semakin meningkatnya pendapatan penduduk maka permintaan produk-produk pertarnakan mengalami peningkatan. hal ini disebabkan meningkatnya pendapatan seseorang maka konsumsi terhadap sumber karbohidrat akan menurun dan konsumsi berbagai macam makanan yang kaya akan protein akan meningkat. sub sektor peternakan memiliki peranan penting dalam menopang perekonomian regional maupun nasional. masalah perternakan ini sudah tidak dapat dinomor duakan karena hal tersebut akan dominan ikut menentukan kelangsungan hidup suat negara ataupun bangsa (Saragi, 2008).

Saragih B. 2008. Kumpulan Pemikiran Agribisnis Berbasis Peternakan. USESE Foundation dan Pusat Studi Pembangunan. IPB Bogor.

Bidang perternakan sebagai subsektor dari pertanian merupakan bidang yang sangat penting dalam kehidupan manusia terkait dalam penyediaan protein hewani masyarakat berkaitan erat dengan pemenuhan daging di dalam negeri. Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipengaruhi dari tiga sumber yaitu ternak sapi lokal, hasil penggemukan sapi impor, dan impor daging dari luar negeri. Impor sapi hidup dan dagin beku merupakan salah satu upaya agar tidak terjadi kesenjangan antara produksi dan tingkat konsumsi daging sapi di dalam negeri (Yulianto dan Saparinto, 2011).

Yulianto, P. dan C. saparianto. 2011. Penggemukan Sapi Potong Hari per Hari. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian, dimana sektor memiliki nilao strategi dalam memenuhi kebutuhan pakan yang terus meningkat atas betambahnya jumlah penduduk Indonesia, dan peningkatan rata-rata pendapatan penduduknya Indonesia dan taraf hidup pertanian dan nelayan. Keberhasilan pembangunan tersebut ternyata berdampak pada perubahan konsumsi masyarakat yang semula lebih banyak mengkomsi karbohidarat ke arah konsumsi seperti daging , telur, susu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa permintaan akan telur dan daging ayam dalam negeri  saat ini telah dapat dipenuhi oleh produksi lokal, akan tetapi susu dan daging sapi masih memerlukan pasokan dari luar negeri. Berbagai usaha pembangunan perternakan telah diupayakan  oleh permintah sampai ke pelosok daerah namun masih terdapat kekurangan produksi yang akan mensuplay kebutuhan penduduk Indonesia akan protein hewani (Budiarto, 1991).

Budiarto, A., 1991. Produktivitas Sapi Potong di Jawa Timur Tahun 1988-1989. Tesis Pasca Sarjana, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.



Bidang peternakan sebagai subsektor dari pertanian merupakan bidang yang sangat penting dalam  kehidupan manusia terkait dalam penyediaan bahan pangan hewani. Pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat berkaitan erat dengan pemenuhan daging di dalam negeri. Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipenuhi dari tiga sumber yaitu ternak sapi lokal, hasil penggemukan sapi impor, dan impor daging dari luar negeri. Impor sapi hidup dan daging beku merupakan salah satu upaya agar tidak terjadi kesenjangan antara produksi dan tingkat konsumsi daging  sapi di dalam negeri (Yulianto dan Saparinto, 2011).

Yulianto, P. dan C. Saparinto. 2011. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. CetakanII. Penebar Swadaya. Jakarta. 
 

Pasar persaingan monopolistik

Pasar ini disebut sebgaia pasar yang berada di antara pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli. ad juga yang menyebutkan bahwa pasar monopolistis merupakan gabungan dari pasar persaingan sempurna dengan pasar monopoli. tipe pasar ini lebih banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari, karena sebetulnya bentuk pasar yang benar-benar murni jumlahnya sangat langkah. model pasar persaingan monopolistik diperkenalkan pertama kali oleh E. Chamberlin seorang ekonom Amerika Serikat pada 1930. Kemudian pada tahun yang sama Joan Robinson, seorang ekonom wanita Inggris memperkenalakan gagasannya tentang pasar persaingan tidak sempurna. model ini dikembangkan karena ketidakpuasan para ahli ekonomi terhadap model-model pasar sebelumnya (persaingan sempurna dan monopoli) yang dianggap kurang realitis dan lebih bersifat teoritis.
persaingan monopolistik banyak dijumpai pada sektor-sektor jasa dan perdagangan kecil. Contoh dari bentuk persaingan monopolistik adalah seperti salon/pemangkas rambut, toko-toko obat, toko kelontong, dimana mereka berdekatan satu sama lain. Model persaingan monopolistik sebetulnya cenderung mendekati model monopoli.

Kunawangsih, T, P. dan Pracoyo, A. (2006). Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakrata.
 

Sub Sektor Pertanian

Sub sektor pertanian di Indonesia cukup beragam seperti yang dijelaskan oleh Soetrisno (2002) "Pertanian Indonesia tidak hanya terdiri atas sub sektor pertanian dan sub sektor pangan, tetapi juga, sub-sektor peternakan, dan sub-sektor perkebunan".

Soetrisno, Lukman. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta : Kanisius
 

Faktor kemajuan sektor Peternakan

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia secara tidak langsung memberi korelasi positif terhadap peningkatan pendapatan perkapita penduduk. Hal ini menyebabkan pula meningkatnya permintaan dan konsumsi daging, salah satunya yakni daging sapi. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein, maka kecukupan pangan hewani perlu ditingkatkan. Mengingat saat ini sumber daging sapi di negara Indonesia diperoleh dari 3 sumber yakni dari ternak sapi lokal, usaha penggemukan, dan impor dari negara lain sehingga perlu penguatan dari salah satu dari ketiga sumber tersebut (Diatmojo et al., 2012)

Diatmojo N, Emawati S, sari Al. 2012. Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Tropical Animal Husbandry. Vol. 1 (1): 43-51.
 

Peternakan

Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting pembangunan pertanian, terutama pada saat terjadinya krisis ekonomi dan moneter (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2005). peran sub sektor perternakan terhadap pembangunan pertanian cukup signifikan, dimana industri perunggasan merupakan pemicu utama perkembangan usaha usah di sub sektor peternakan (Departemen Pertanian, 2005)

Departemen Pertanian. 2005. Prospek dan Arahan Pengembangan Agribisnis Unggas. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Pemerintah Propinsi Lampung. 2003. Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan Di propinsi Lampung. Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Pemerintah Propinsi Lampung. Lampung

 

Agribisnis

Agribisnis berbasis peternakan adalah salah satu fenomena yang tumbuh pesat ketika basis lahan menjadi terbatas. Tuntutan sistem usaha tani terpadu menjadi semakin rasional seiring dengan tuntutan efisiensi dan efektifitas penggunaan lahan, tenaga kerja, modal dan faktor produksi lain yang amat terbatas(Arifin,2004).

Arifin, Bustanul. 2004. Budidaya Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Jakarta.

Agribisnis merupakan sistem usaha pertanian dalam arti luas tidak dilaksanakan secara sektoral tetapi secara intersektor atau dilaksanakan tidak hanya secara subsistem melaikan dalam satu sistem (Sarah, 2001) dan agribisnis adalah suatu usahatani yang berorientasi komersial atau usaha bisnis pertanian dengan orientasi keuntungan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh agar dapat meningkatkan pendapat usahatani adalah dengan penerapan konsep pengembangan sistem agribisnis terpadu, yaitu apabila sistem agribisnis yang terdiri dari subsistem sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pengolahan dan pemasaran dikembangkan melalui manajemen agribisnis yang baik dan dalam satu sistem yang utuh dan terkait (Said, et al,. 2001)

Said. E. G., Rachmayanti dan Muttaqin, M. Z. 2001. Manajemen Teknologi Agribisnis. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Saragih, B. 2001. Suara Dari Bogor Membangun Sistem Agribisnis. Penerbit Yayasan USESE berkerjasama dengan Sucofindo. Bogor.

Menurut Emawati (2011), agribisnis berasal dari kata agri (agriculture) artinya pertanian dan bisnis (usaha komersial). Agribisnis = suatu usaha bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pada bidang pertanian (agroindustri hulu, pengolahan hasil, pemasaran dan jasa penunjang) serta bidang yang berhubungan dengan pertanian dalam arti luas.

Emawati, S. 2011. Profitabilitas Usahatani Sapi Perah Rakyat di Kabupaten Sleman. Journal Science Peternakan. Vol. 9, No 2: 100-108. Yogayakarta.
 

PERTANIAN

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian penduduknya, dengan demikian sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukan sebagai lahan pertanian dan hampir 50 persen dari total angkatan kerja masih menggantungkan kebutuhan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor  pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia,  hal ini dikarenakan sektor pertanian berfungsi sebagai basis atau landasan  pembangunan ekonomi. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan pemerintah pada  sektor pertanian disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi  dilapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahteraan  bangsa, M. Yamin (2005).

Yamin, M. 2005.Analisis Pengaruh Pembangunan Sektor Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan dan Peningkatan Lapangan Kerja di Provinsi  Sumatera Selatan Jurnal.. FP. UNSRI.

Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan peran yang cukup besar dalam perekonomian secara keseluruhan. Akhir-akhir ini telah timbul kesadaran bahwa pertanian yang teritegrasi dalam suatu sistem agribisnis merupakan salah satu sektor tangguh yang mampu bertahan dalam kondisi kritis. pertanian juga merupakan sumber mata pencaharian utama penduduk, sehingga sektor pertanian dapat dijadikan motor penggerak untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan kesempatan kerja dan berusaha (Bahar, 2006)

Bahar, Zul Amry. 2006. Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka Meningkatkan Peran Sub Sektor Peterinakan Di Kabupaten  Bengkalis. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. IPB.

Indonesia merupakan negara agraris dimana mata pencarian penduduknya sebagian besar adalah disektor pertanian. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduknya dan memberikan lapangan pekerjaan bagi semua angkatan kerja yang ada. Dengan menyempitnya lahan pertanian lahan pertanian yang digarap oleh petani mendorong para petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan melalui kegiatan lain yang berdifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah kegiatan usaha ternak yang secara umum memiliki beberapa kelebihan seperti : sebagai sumber pendapatan untuk memanfaatkan limbah pertanian, sebagai penghasilan daging dan susu, kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik dan kulitnya juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi, Di pedesaan ternak sapi cukup popular sebagai salah satu usaha baik itu usaha sampingan maupun ushaa pokok para petani. Bahkan sapi dianggap sebagai tabungan keluarga, karena dapat dijual setiap saat, khususnya ditenga kebutuhan ekonomi yang mendesak (Monsher, 1987).

Mosherm A.T. 1987. Menggerakkan Dan Membangun Pertanian. Yasahun. Jakarta.

Indonesia merupakan negara yang sedang melaksanakan pembangunan disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan, karena ssektor pertanian sempai saat ini masih memegang peranan penting dalam mengentaskan kemiskinan, pembangunan pertanian bekaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan upayah peningkatan kesejahteraan petani dan upaya menanggulangi kemiskinan khususunya diderah pedesaan (BPT Pertanian, 2009).

Balai Pengkaijian Teknoligi Pertanian, 2008. Sektor Pertanian (Komposit). Jakarta. (www. bappenas.com Diakses pada tanggal 2 juni 2016).