Konsepsi Kopi

Kopi merupakan komoditas pertania yang paling akrab dengan masyarakat, mulai dari kalangan ekonomi atas sampai bawa. Hingga saat ini, kopi masih menduduki komoditas andalan ekspor hasil pertanian Indonesia selain kelpa sawit, karet, dan kakao. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang diharapkan mempu meningakatkan nilai devisa ekspor Indonesia (Santoso, 1999).

Santoso, B. 1999. Pendugaan Fungsi Keuntungan dan Skala Usaha pada Usahatani Kopi Rakya di Lampung. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Bogor.
 

Konsepsi Produksi

Sugiarto et. al., (2002), produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Dipertegas dengan pendapat Sisno (2001), menyatakan bahwa teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai macam input pada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu.

Sisno (2001). Efisiensi Relatif Usahatani Tembakau Berdasarkan Perbedaan Luas Lahan Garapan, Tesis, Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.

Sugiarto, et all., 2002. Ekonomi Mikro. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Menurut Pindyck/Rubinfeld (1995), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi satu atau lebih output (produk). Untuk memproduksi diperlukan sejumlah input, dimana umumnya input yang diperlukan pada sektor pertanian adalah adanya kapital tenaga kerja dan teknologi. Dengan demikian terdapat hubungab antara produksi dengan input yaitu output maksimal yang dihasilkan dengan input tertentu atau disebut fungsi produksi. 

Pindyck, Roberts dan Daniel L. Rubinfield 1995. Microeconomics, Prentice Hall International, Inc.

Samuelson dan Nordhaus(1992), menyatakan dalam teori produksi diasumsikan bahwa petani selalu berusaha untuk memproduksi tingkat output maksimum dengan menggunakan suatu dosis input tertetntu serta biaya yang paling rendah selanjutnya petani dianggap berusaha memaksimumkan laba ekonomis.

Samuelson, Paul A., dan William D. Nordhaus 1992. Ekonomi Mikro, Alih bahasa Drs. Haris Munandar, Burhan Wirasubrata, SE., Ir. Eko Wydiatmoko, Edisi ke-14, Pt. Erlangga. Jakarta.

Aziz N. (2003), Teori produksi dibedakan menjadi dua bagian yaitu pertama teori produksi jangka pendek yaitu jika seorang produsen menggunakan faktor produksi ada yang bersifat variabel dan ada faktor prosuksi yang bersifat tetap. Kedua, teori produksi jangka panjang yaitu bila semua input yang digunakan adalah input variabel, tidak terdapat input tetap sehingga kita asumsikan bahwa ada dua jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja (TK) dan modal (M).

Aziz N. 2003. Pengantar Mikro Ekonomi, Aplikasi dan Manajemen, Bayumedia Publishing. Malang.
 

Konsepsi Biaya

Mulyadi (2005) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut diatas:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang terlah terjadi atau secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk juan tertentu
Surjadi (2013), mendefinisikan biaya sebagai berikut: 1). dalam arti luas: biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis (sifat kelangkaan) yang diukur dalam satuan mata uang yang terjadi atau kemungkinan terjadi dalam mencapai tujuan tertentu (to secure benefit). 2). dalam arti sempit: biaya adalah bagian dari harga pokok yang dikorbankan dalam usaha memperoleh penghasilan.

Mulyadi (2005). Akuntansi Biaya edisi ke-5. Penerbit Akademi Manajemen Perusahaan. Penerbit YKPN. Yogyakarta.


Surjadi Lukman (2013) Akuntansi Biaya: Dasar-Dasar Perhitungan Harga Pokok. Cetakan 1. Penerbit PT. Indeks. Jakarta.
 

Fungsi dan Kegunaan Break Even Poin

Menurut lukman syamsuddin (2001), "analisis break even poin sangat penting bagi perusahaan karena hal itu akan:
1. memungkinkan perisahaan untuk menentukan tingkat operasinya yang harus dilakukan agar semua operating cost dapat tertutup.
2. untuk mengevaluasi tingkat-tingkat penjualan tertentu dalam hubungannya dengan tingkat keuntungan."
Menurut koesumah (1985), mengatakan kegunaan break even poin bagi manajemen perusahaan adalah:
1. menentapkan tingkat produksi yang tetap untuk mencapai laba yang diinginkan
2. menyelidiki politik penetapan harga
3. memutuskan untuk menggunakan mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan yang baru atau rencana-rencana ekspansi yang baru.
Menurut djarwanto, (1984), "syarat-syarat yang diperukan untuk menentukan break even poin adalah:
1. bahwa prinsip-prinsip variabilitas biaya dapat diterapkan dengan tepat
2. bahwa biaya-biaya yang dikorbankan harus dapat dipisahkan menjafi dua kelompok yakni biaya tetap dan biaya variabel. biaya-biaya yang bersifat meragukan yaitu biaya semi variabel harus ditegaskan kelompok biaya sehingga akhirnya hanya ada dua kelompok biaya saja yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
3. bahwa yang dikelompokkan sebagai biaya tetap tersebut akan tinggal konstan sepanjang kosaran peride kerja, artinya tidak mengalami perubahan walaupun volume produksi berubah. bila dihitung perunit biaya tetap ini akan semakin menurun dengan meningkatnya volume produksi.
4. yang dikelompokan sebagai biaya variabel itu akan berubah sebanding dengan perubahan volume produksi yakni meningkat atau menurun secara sebading dengan perubahab volume produksi.
5. bahwa harga juala per unit barang akan tetap saja, tidak naik tidak turun berapa saja jumlah unit barang yang dijual
6. tingakat harga umum tidak mengalami perubahan selama kisaran waktu tertentu yang dianalisis
7. perusahaan yang bersangkutan hanya memproduksi dan menjual satu jenis barang saja
8. produktiviatas tenaga kerja pada perusahaan yang bersangkutan akan tetap atau tidak berubah.
9. dalam perusahaan yang bersangkutan harus ada singkronisasi antara volume produksi dengan volume penjualan, artinya bahwa barang yang diproduksi mesti terjual semua pada periode bersangkutan."
Adapun manfaat Break Even Point menurut Carter dan Usry (2006) adalah sebagai berikut:
1. Membantu memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam memecahkan masalah-masalah lain yang dihadapinya, misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya.
2. Membantu manajemen dalam mengambil keputusan menutup usaha atau tidak serta memberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut diberhentikan/ditutup.
Sedangkan manfaat atau kegunaan dari Break Even Point Menurut Bustam (2006) adalah: 
1. Untuk mengetahui jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan perusahaan agar tidak mengalami kerugian. 
2. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingakat keuntungan tertentu. 
3. Mengetahui berapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. 
4. Mengetahui bagaimana efek perubahaan harga jual, biaya dan volume penjualan. 
5. Menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang ditargetkan.

Carter, W. K. dan Milton F. Usry (2006). Akutansi Biaya, Edisi Ketiga Belas, Buku satu. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.


Djarwanto, (1984), Pokok-pokok analisis laporan keuangan, edisi pertama. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Bustami, Bastian Nurlela (2006). Akutansi Biaya Tingkat Lanjut (kajian Teori dan Aplikasi). Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Syamsuddin, Lukman, (2001). manajemen keuangan perusahaan, Perencanaan dan analisis keuangan perusahaan, edisi keempat. Penerbit PT. Raja grafindo Persada. Jakarta.
 

Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode (Suratiyah, 2006).

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahim dan Diah (2007) menyatakan bahwa pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya. penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

Rahim, A. dan Hastuti, Diah Retno. 2007. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. 

Menurut Prabowo (1993), untuk memperoleh pendapatan bersih suatu usahatani atau bisnis harus dapat menguasai modal dan pada umumnya usahatani memerlukan investasi modal cukup besar dibandingkan bisnis lain (non pertaniai) untuk mendapatkan tingkat pendapatan yang sama karena alasan ini proses memperoleh modal menjadi sangat penting dan pendapatan didasarkan atas produksi dan harga yang normal. 

Prabowo, D. 1993, Memilih Usaha dan Tehnik Analisa Investasi Untuk Usaha Pertanian/Agribisnis, Seri Manajemen Usahatani, ISBN 979-539-022-8, Aditya Media, Yogyakarta.
 

Penerimaan

Penerimaan dapat diartikan sebaga nilai produk total dalam jangka waktu tertentu baik yang dipasarkan maupun tidak (Soekartawi, 2002)

Soekartawi, 2002. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga produksi (Suratiyah, 2006).

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
 

Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang sangat tergantung musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas produk. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatni keluarga (family farms), khsusnya tenaga kerja pertanian beserta anggota keluarga. Tenaga kerja usahatani keluarga biasanya terdiri atas pertanian beserta keluarga dan tenaga luar yang kesemuanya berperan dalam usahatani (Suratiyah, 2006).

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
 

Perbedaan Usahatani Keluarga dan Perusahaan Pertanian

Menurut Suratiyah (2006), secara garis besar ada dua bentuk usahatani yang telah dikenal yaitu usahatani keluarga (family farming) dan perusahaan pertanian (plantation, estate, enterprise). pada umumnya yang dimaksud dengan usahatani adalah usaha keluarga sedangkan yang lain adalah perusahaan pertanian. Perbedaan pokok antara usahatani keluarga dan perusahaan pertanian terletak pada 8 hal, yaitu sebagai berikut.
1. Tujuan akhir
Tujua akhir usahatani keluarga adalah pendapatan keluaga pertani (family farm income) yang terdiri atas laba, upaya tenaga keluarga dan bunga modal sendiri. pendapatan yang dimaksud adalah selisih antara ilai produksi dikurangi dengan biaya yang betul-betul dikeluarkan oleh petani. sementara perusahaan pertanian tujuan akhirnya adalah keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya, yaitu selisih antara nilai hasil produksi dikurangi dengan biaya.

2. Bentuk Hukum
Ushatani keluarga tidak berbadan hukum. Sedangkan perusahaan pertanian pada umumnya mempunyai badan hukum.

3. Luas Usaha
Usahatani keluarga pada umumnya berlahan sempit yang biasanya disebut gurem karena penggunaan lahan kurang dari 0,5 ha. Perusahaan pertanian pada umumnya berlahan luas karena orientasinya pada efisiensi dan keuntungan.

4. Jumlah Modal
Usahatanikeluarga mempunyai modal per satuan luas lebih kecil dibanding dengan perusahaan pertania.

5. Jumlah Tenaga yang dicurahkan
Jumlah tenaga yang dicurahkan per satuan luas usahatani keluarga lebih besar daripada perusahaa pertania.

6. Unsur Usahatani
Yang membedakan unsur usahatani keluarga dengan perusahaan pertanian terletak pada tenaga luar yang dibaya. Pada usahatani keluarga melibatkan pertanian hanya tenaga luar yang dibayar. Unsur lainnya tanah dan alam sekitar serta modal merupakan unsur yang dimliki, baik usahatani keluarga maupun perusahaan pertanian.

7. Sifat Usaha
Usahatani keluarga pada umumnya bersifat subsistence, komersial, mauu semi komersial (transisi dari subsistence ke komersial). Seementara perusahaan pertanian selalu bersifat komersial artinya selalu megejar keuntungan dengan memperhatikan kualitas maupun kuantitas produknya.

8. Pemanfaatan terhadap hasil-hasil pertanian
perusahaan pertanian yang mutahir, bahkan tidak segan-segan membiayai penelitian dei kemajuan usahanya. Perusahaan pertanian biasanya mempunyai bagian penelitian dan penggembang (Research and Development) yang berfungsi untuk mencari dan menemukan terobosan-terobosan baru baik dari segi teknik bercocok tanam, pengolahan hasil, maupun peasarannya. Semenatara usahatani keluarga karena keterbatasan modal, peralatan, dan human capital maka terobosan-terobosan baru tergantung pada hasil penelitian dan pengembangan pemerintah melalui Departemen Pertanian dengan Balai-balai penelitian dan pemgembangan eknologi sertan tenag-tenaga penyuluh. Pertanian menerapkan hasil-hasil penelitian tersebut serta mengamati dan mengikuti demostrasi plot (demplot) serta upaya-upaya sosialisasi yang dilakukan pemerintah lainnya.

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.